PENERAPAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Oleh
Marthinus Arruan, S.Pd
Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan UNMUL
A. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan itu, dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa pendidikan adalah ” usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukakan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari defenisi pendidikan tersebut mengandung pengertian bahwa pendidikan Indonesia adalah pendidikan yang dilakukan dengan usaha sadar dan terencana untuk mengemangkan potensi individu demi terciptanya kesejahteraan pribadi, masyarakat dan negara.
Insan pendidikan di Indonesia mulai dari guru, tenaga kependidikan lainnya sampai penentu kebijakan dalam pendidikan haruslah mengetahui dengan tepat apa yang menjadi landasan dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Pengetahuan mengenai landasan akan menghindarkan pendidikan dari proyek coba-coba dan ganti menteri ganti kurikulum. Pengetahuan mengenai landasan pendidikan
1
Indonesia oleh guru akan membuat pelajaran menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan ini karena guru di dalam kelas mengetahui untuk apa, mengapa, dan karena apa dia melakukan proses pendidikan di kelas. Demikian juga dengan siswa, akan merasa lebih nyaman untuk belajar, karena mengetahui alasan dan tujuan menginvestasikan waktu mudanya untuk belajar di sekolah.
Pengetahuan mengenai landasan pendidikan Indonesia oleh para penentu kebijakan pendidikan akan membuat kebijakan pendidikan nasional yang konsisten, tetap dan terarah. Konsisten maksudnya kebijakan pendidikan secara menyeluruh tersusun dengan landasan yang sama. Tetap artinya kebijakan pendidikan dari waktu ke waktu tidak mengalami loncatan yang mengejutkan, sehingga tidak membinggungkan masyarakat sebagai pelanggan pendidikan. Tetap mengandur pengertian bahwa kebijakan pendidikan dari waktu ke waktu tetap mengarah kepada pencapaian tujuan besar yaitu gambaran manusia ideal menurut bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia secara keseluruhan juga sangat penting untuk memahami landasan pendidikan, sebab sebagai pelanggan pendidikan dari kebijakan pendidikan, meraka berhak untuk mengetahui mengapa, untuk apa dan apa kebijakan pendidikan yang ada dan harus mereka ikut. Sebagian orang mengatakan landasan pendidikan hendaknya diletakkan pada sautu sistem pengetahuan yang mapan, sehingga penyususnan kebijakan pendidikan menjadi pasti dan eksak (Widana Putra. 2007) Pendapat ini menyarakan agar penyelenggaraan pendidikan sebaiknya didasarkan pada ilmu-ilmu yang telah mapan seperti psykologi, sosiologi, antropologi, biologi, kimia, dan lain-lain.
2
Pengetahuan manusia yang memiliki sifat seperti di atas adalah pengetahuan filsafat. Pendidikan memerlukan landasan filsafat karena pendidikan tidak hanya sebatas pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman emperis, atau hanya ontologis, epistimologis tetapi juga berkaitan dengan aksiologi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka makalah ini akan mencoba membahas persoalan seberapa besar akan kebutuhan epistemologi filsafat dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
B. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Akhmad Sudrajat (2008, 2) mengatakan bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakekat ilmu yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologi. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi ( filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu.
Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan, (Sudarsono.2001:137). Jadi pada prinsipnya epistemologi adalah bagian
3
filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat metdoe dan keahlian pengetahuan.
2.2 Penerapan Metode Filsafat dalam Dunia Penelitian
Metode penelitian merupakan uraian ilmiah penelitian, yaitu cara bertindak menurut sistim aturan tertentu dengan tujuan agar aktifitas dapat terlaksana secara rasional dan terarah supaya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Ada beberapa metode filsafat yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian baik yang sifatnya sederhana maupun penelitian yang lebih kompleks, atau penelitian pembuktian sesuatu, penelitian untuk mengembangkan ilmu dan bahkan penelitian untuk menemukan teori baru. Di dalam Dictionory of Philosophy ditulis ada beberapa metode filsafat yang sekiranya dapat diterapkan dalam sebuah penelitian antara lain ;
Metode Kritis
Metode kritis bersifat analisa istilah atau pendapat. Merupakan hermeneutika,
Yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (bedialog), membedakan,membersihkan,menyisihkan dan menolak akhirnya ditemukan hakekat. Dalam penelitian, metode ini merupakan salah satu langkah untuk melakukan pengujian terhadap apa yang sudah ada untuk dibuktikan kebenarannya.
Metode Intuitif
Metode intuitif dilakukan dengan jalan intropeksi pembersihan intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Metode ini juga dapat dilakukan dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, sehingga tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
Metode skolastik
Metode skolastik bersifat sintetis deduktif, dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.
Metode Metamatis
Metode metamatis dilakukan melalaui analisis tentang hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakekat-hakekat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakekat-hakekat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
Metode Emperis
Metode ini beranggapan bahwa hanya pengalamanlah menyajikan pengertian-pengertian (ide-ide) dalam intropeksi dibandingkan dengan serapan-serapan (impressi) dan kemudian disusun bersama secara geometris
Metode transendental
Metode transendental bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis kemudian diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.
Metode dialektis
Metode dialektis dilakukan dengan jalan mengikuti dinamika pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitesis dicapai hakikat kenyataan.
5
Metode fenomenologis
Metode fenomenologis dikembangkan dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction),refleksi atas fenomin dalam kesadaran untuk mencapai penglihatan hakekat-hakekat murni.
2.3 Kebutuhan Akan Filsafat Dalam Pendidikan
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan proses perkembangan itu secara alamiah adalah kedewasaan, sebab potensi manusia yang paling alamiah adalah bertumbuh menuju tingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan dapat terwujud apabila prakondisi alamiah dan social manusia bersangkutan memungkinkan untuk perkembangan tersebut, misalnya iklim, makanan, kesehatan, dan keamanan, relative sesuai kebutuhan manusia.
Kedewasaan yang harus dicapai manusia yakni kedewasaan biologis-jasmani, kedewasaan rohaniah (pikiran, rasa, dan karsa), dan kedewasaan moral ( tanggung jawab dan kesadaran normative. Akan tetapi kedewasaan itu ada yang terjadi secara alamiah dan ada yang terjadi karena proses pendewasaan melalui pendidikan.
Proses pendewasaan itu merupakan cara kerja dan hasil filsafat pendidikan, dimana pendidikan merupakan salah satu dari aspek kehidupan manusia, karena hanya manusia yang dapat menerima dan melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan memerlukan filsafat. Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang terbatas pada pengalaman.
Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas,lebih dalam dan lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta faktual. Dan tidak memungkinkan untuk dijangkau hanya oleh ilmu. Seorang guru, baik sebagai
pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami filsafat pendidikan karena tujuan pendidikan selalu berhubungan langsung dengan tujuan kehidupan manusia.
2.4 Pentingnya Filsafat Pendidikan
Hubungan antara filsafat dengan pendidikan adalah, filsafat menelaah suatu realitas dengan luas dan menyeluruh, sesuai dengan karakteristik filsafat yang radikal, sistimatis, dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan hidup manusia yang merupakan hasil dari studi filsafat, akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Tatanan sistem pendidikan dan praktek pendidikan akan dilaksanakan berorientasi kepada tujuan pendidikan itu sendiri. Antara filsafat dengan filsafat pendidikan akan menunjukkan hubungan bahwa filsafat tidak hanya melahirkan ilmu atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan, sehingga dapat dipahami bahwa filsafat merupakan teori umum pendidikan.
Filsafat pendidikan tidak hanya terbatas pada fakta faktual, tetapi filsafat pendidikan harus sampai pada penyelesaian tuntas tentang baik atau buruk, tentang persyaratan hidup sempurna, tentang bentuk kehidupan individual maupun kehidupan sosial yang baik dan sempurna. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan pelaksanaan ide-ide filsafat. Dengan kata lain filsafat memberikan asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelenggaraan pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuk yang lebih terperinci lagi, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan
7
pedoman asasi pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan ide-ide ideal dari filsafat menjadi kenyataan, tindakan, tingkalaku, dan pembentukan kepribadian.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat kependidikan. Praktik pendidikan atau prose pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan nasional bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik pendidikan di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasi konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogic atau ilmu dan seni mengajar materi terkait, tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
2.5 Aliran-Aliran Filsafat Dalam Pendidikan
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya idealisme, realisme,pragmatisme, humanisme, behaviorisme dan kontruktivisme.
8
2.5.1 Aliran Idealisme
Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses intropeksi.
Dalam aliran ini beranggapan bahwa dalam pendidikan hakekat idea adalah berpikir. Berpikir adalah kerja dan gerak yang senantiasa baru. Ide merupakan pikiran. Dengan pikiran menjadikan manusia sadar akan dirinya sendiri. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter masnusia. Oleh sebab itu, dalam proses pendidikan seorang guru dan praktisi pendidikan sebaiknya memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menyampaikan ide atau pikiran-pikiran yang cemerlang dalam dirinya.
2.5.2 Aliran Realisme
Aliran realisme berpandangan bahwa hakekat realitas adalah fisik dan roh, bersifat dualistis. Menurut John Locke, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kesempurnaan rohani dalam jasmani yang sempurna,(Hidayanto.2007:110). Jadi tujuan pendidikannya adalah membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat dengan menitik beratkan kepada pendidikan antara fisik dan roh. Hubungan antara guru, orang tua, dan murid harus berjalan baik menjadi suatu kejujuran mutual, yang dapat mencerminkan persaudaraan dan disiplin yang luas. Jika hubungan ini tercipta dengan baik maka anak akan siap menerima perbaikan dan dapat mengembangkan watak moral dengan baik tinggi. Anak-anak harus ditunjukkan tentang kenyataan dunia yang ada.
9
2.5.3 Aliran Pragmatisme
Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipenaruhi oleh emperisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi dari aliran ini adalah hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Aliran ini beranggapan bahwa tugas pendidikan itu adalah mengembangkan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat. Oleh sebab itu, pendidikan harus berpangkal kepada eksperimen secara konsekuen yang berpangkal dasar-dasar empiris.Tujuan pendidikannya adalah menggunakan pengalaman- pengalaman yang postif sebagai alat untuk menyeleasikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
2.5.4 Aliran Humanisme
Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak ( child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif dan pembentukan moral. Aliran ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam dunia pendidikan adalah bagaimana peserta didik dapat menguasi ilmu-ilmu yang sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat anak.
2.5.5 Aliran Konstruktivisme
Menurut paham kontruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkontruksikan arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya adalah menghasilkan individu yang memeliki
10
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidup. Penerapan aliran ini dalam dunia pendidikan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan bahkan lingkungan diluar dirinya untuk
mengakomodasi serta melakukan asimilasi terhadap berbagai pengetahuan lama kedalam pengetahuan baru sehingga dapat menghasilkan teori baru yang mungkin bermanfaat bagi kehidupannya.
2.5.6 Aliran Behaviorisme
Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Aliran ini menuntut pelaku pendidikan selalu memberikan stimulus yang dapat merangsang individu-invidu dalam menangapi berbagai kemungkinan yang terjadi.
C. PENUTUP
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan dunia pendidikan yang harus diperhatikan dan dijadikan bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan di pendidikan Indonesia. Bagi pelaksana pendidikan filsafat dijadikan sebagai pedoman
11
untuk menetapkan langkah-langkah dalam proses pendidikan dan proses pembelajaran, baik yang berlangsung di sekolah ( fomral ), dalam keluarga (informal) maupun yang berlangsung di masyarakat ( non formal )
Jumat, 06 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar